Jangan Cengeng!
Selasa, 20 November 20120 komentar
Sesungguhnya ada banyak momen dalam kehidupan kita yang bersifat perselisihan dan ketidaksamaan. Karena memang begitulah hidup. Terdiri dari beragam sifat, yang terhimpun dalam satu peristiwa, karenanya tak mungkin memaksakan kehendak untuk sama.
Pada banyak peristiwa itu, peran yang seharusnya dimainkan oleh manusia adalah tidak menjadikan kerikil menjadi sebuah batu besar, apalagi membuatnya nampak seperti gunung. Perselisihan kecil, tak perlu dibesar-besarkan. Perbedaan besar, jangan pula diapi-api sehingga membakar.
Tapi kadang, kita memang sering tergoda untuk berlebihan. Saya sendiri sering terjebak dan lalai, melakukannya. Syukurnya, setiap kali saya melakukannya, masih sempat beristighfar memperbaiki kesalahan.
Misalnya, memperbesar masalah ketika saat menunaikan puasa sunnah. Tidak menemukan makanan di rumah saat berbuka. Lalu muncul pertanyaan-pertanyaan yang benar-benar remeh, kecil, tapi kemudian diperbesar, diperlebar, diperpanjang. Kenapa tidak ada makanan? Apa yang menjadikan tidak sempat memasak? Apakah tidak memperhatikan? Begitulah.
Seketika saya teringat perilaku Rasulullah, yang tak pernah memperbesar masalah-masalah kecil, yang memang semestinya tak menjadi besar. Misalnya, ketika waktu dhuha Rasulullah bertanya tentang makanan apa yang ada, tapi tak ada makanan untuk hari itu. Dengan ringan, Rasulullah, manusia lembut pekerti dan berbudi tinggi itu berkata, ”Kalau begitu, hari ini aku puasa.”
Duhai, siapa yang tak rindu dan tak ingin menjadikan perilaku beliau sebagai uswah hasanah? Seringkali saya merasa ngilu di ulu hati, karena malu campur sedih. Padahal, saya sadar betul, betapa menyenangkan hasilnya, ketika kita tidak terjebak memperbesar masalah. Dasar manusia!
Pernah Rasulullah bertamu ke rumah salah seorang shahabiyah yang bernama Ummu Hanik bin Abu Thalib yang terhitung masih kerabat beliau. Dan kebetulan, beliau dalam keadaan lapar juga waktu itu. ”Apakah engkau mempunyai makanan yang bisa dimakan?”
”Saya tidak memiliki makanan kecuali serpihan roti kering. Saya malu menghidangkannya untukmu, ya Rasulullah,” kata Ummu Hanik.
”Ayo, bawa kemari,” kata Rasulullah bersemangat, seolah-olah itu adalah hidangan yang mewah. Kemudian Ummu Hanik membawa serpihan roti, lalu Rasulullah memakannya dengan campuran air. Ummu Hanik menaburkan sedikit garam di atasnya, agar menambah sedikit rasa.
”Apakah ada lauk?” tanya Rasulullah lagi. Ummu Hanik mengatakan, bahwa tak ada lauk, hanya ada cuka saja.
”Alhamdulillah, sebaik-baknya lauk adalah cuka,” lalu Rasulullah melanjutkan makanan seolah-olah menghadapi hidangan istimewa. Beliau membaca hamdalah, menunjukkan rasa syukur yang hebat. Membesarkan hati sang tuan rumah. Bersyukur atas karunia. Dan semuanya terasa penuh berkah. Kisah ini ada dalam riwayat ath Thabrani dan juga shahih Bukhari-Muslim. Allahu akbar!
Saya tak ingin membicarakan orang lain. Saya justru ingin membicarakan diri saya sendiri. Sungguh, betapa banyak dalam peristiwa hidup ini, saya kerap memperbesar masalah yang sebetulnya sunguh-sungguh kecil. Dan sebaliknya, saya sering tak memandang anugerah kecil sebagai peristiwa-peristiwa besar.
Dua kisah di atas, saya tulis dengan tujuan besar mengingatkan diri saya sendiri, untuk tak terlalu memperbesar masalah-masalah yang seharusnya kita kecilkan. Dan semestinya membangun perasaan dan cara pandang, tentang anugerah-anugerah kecil sebagai rezeki yang luar biasa besar.
Tutupilah kekurangan-kekurangan, karena memang kekurangan dan kesalahan tak habisnya dan selalu muncul serta berulang. Sebab, manusia adalah tempatnya salah dan kurang. Jangan suka mencari-cari kesalahan, karena memang, kesalahan akan ditemukan jika dicari, dan dia pasti akan datang, bahkan tanpa diundang.
Ridha pada yang kecil. Syukur atas yang besar. Tutupi kesalahan, lengkapi kekurangan. Tak ada yang sempurna, dan jika itu membuat kita tersiksa, ada yang salah dengan sikap kita. Semoga Allah mengganti dengan segala kebaikan, atas kesabaran dan keridhaan yang telah kita lakukan pada semua kekurangan kecil yang tak penting. Nikmatilah hidup, jangan cengeng pada hal-hal yang enteng.
Posting Komentar